ANN SERU, ANN HARU
Sabtu, Desember 31, 2016
Asosiasi Nasyid Nusantara Jogja telah sukses menyelenggarakan Musyawarah Besar
Pengurus di periode kepengurusan yang baru. Acara tersebut diikuti oleh
total 13 pengurus ANN Jogja di bawah kepemimpinan Rois Sintesa. Mubes
merupakan salah satu agenda yang dilaksanakan untuk mencapai beberapa
tujuan, di antaranya : (1) perkenalan antar-anggota ANN, (2) pengenalan
anggota terhadap ANN, (3) upgrade diri sebagai pengurus ANN, (4)
musyawarah program kerja ANN untuk 1 tahun kedepan.
Mubes kali ini mendapatkan sambutan yang
sangat baik dari para munsyid Jogja. Banyak sekali munsyid yang
berkenan membagi sebagian rezekinya bagi pelaksanaan agenda ANN ini dan
beberapa agenda ke depan yang sedang dirancang. Kami, pengurus ANN Jogja
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada keluarga besar
munsyid Jogja yang dengan kerendahhatiannya tidak ingin disebutkan satu
persatu.
Dengan banyaknya dukungan dari berbagai
pihak, ANN masih membutuhkan tenaga baru yang siap bersinergi membangun
nasyid jogja. Inilah saatnya kita menjadi tonggak perjuangan berdirinya
kejayaan nasyid Indonesia dimulai dari Jogja.
Sabtu, 26 November 2016, serangkaian
acara Musyawarah Besar Pengurus ANN Jogja dibuka oleh Firas Byzi selaku
MC tepat pukul 20.00 WIB di Wisma Mentari Kaliurang. Acara pertama,
yaitu sosialisasi AD ART oleh Mas Aga selaku pambina ANN Jogja. Sebelum
memberikan sosialisasi AD ART kepada pengurus ANN, Mas Aga berkenan flashback
tentang awal perjalanan beliau bersama ANN. Beliau memaparkan bahwa
sebenarnya banyak sekali penggiat nasyid yang dulu aktif di ANN dan kini
sudah menjadi sosok-sosok hebat.
Walaupun demikian, mas Aga menyayangkan
berhentinya interaksi beliau-beliau dengan dunia nasyid yang akhirnya
memaksa nasyid kehilangan sosok-sosok tersebut. Mas Aga berharap kelak
para penggiat nasyid yang saat ini penuh semangat akan terus bertahan
dalam dakwah. Berikut adalah pemaparan Mas Aga kepada pengurus ANN
tentang nasyid, industri nasyid, dan peran ANN.
Nasyid itu “lebih” dari musik positif lebih lagi dari musik-musik lainnya. Kita tidak bisa hidup memperjuangkan nasyid jika pola hidup kita tidak dengan dengan nasyid. Contohnya kita lebih senang mendengarkan dan mengoleksi lagu-lagu biasa, bahkan bukan musik positif apalagi nasyid.
Bagaimana nasyid jadi budaya jika tidak
ada simbol yang dimunculkan? Kita harus lebih memahami bahwa nasyid
tidak melulu adalah munsyid (pelantun nasyid). Nasyid bisa jadi merambah
bisnis agar semakin dikenal, sehingga banyak dimensi yang dapat
dimainkan di ANN, tidak hanya munsyid. Oleh karena itu, sebenarnya tidak
ada alasan bagi para penggiat nasyid untuk putus dengan dunia nasyid.
Kita tidak bisa mengangkat nasyid jika
hanya di (media) situ-situ saja, misalnya radio. Hal tersebut bukan
menutup kemungkinan bahwa masyarakat mengenal nasyid dari radio, namun
saat ini kebanyakan masyarakat lebih cepat mengetahui sesuatu yang baru
dari TV.
Dengan begitu, salah satu yang bisa kita
lakukan adalah menjalin kerjasama dengan TV daerah maupun nasional.
Visi ANN untuk nasyid, yaitu agar sejajar dengan musik lain dapat
diikhtiarkan via TV. Selain itu, kita dapat menjadi EO misalnya, yang
kemudian mengundang nasyid, atau melakukan promosi ke orang-orang agar
mengundang grup-grup nasyid di acaranya, dan lain-lain. Hal-hal tersebut
merupakan bentuk dimensi lain dari bernasyid.
Saat ini ada beberapa nasyid yang sudah
keluar dari batasan karena tidak berbicara tentang nasyid, muatannya
kurang baik, penampilannya kurang sesuai, dll. Dalam hal tersebut,
seharusnya ANN dapat menjadi pembatasnya. Kajian nasyid jogja harus
terus diadakan karena munsyid harus paham tentang agama. Seorang munsyid
harus mengetahui batasan-batasan dalam Islam tanpa harus menjadi
ustadz, cukup sebagai seniman yang terus berniat untuk berdakwah. Selain
itu, kita butuh orang yang masuk ke media atau bahkan mendirikan media
massa sebagai ladang dakwah berdimensi lain di dunia nasyid.
Ketika berbicara tentang nasyid,
orang-orang pasti akan melihat ANN dan menganggap pengikutnya banyak.
Dalam hal ini, yang dapat kita jadikan contoh adalah FLP (Forum Lingkar
Pena). Ketika pada sebuah buku terdapat label FLP, maka pasti akan
diminati oleh banyak orang. ANN InsyaAllah sudah memiliki citra
baik di masyarakat sebagai penggiat musik religi. Ketika masyarakat
butuh grup nasyid, kita harapkan mereka akan cenderung pertama kali
menghubungi ANN. Dengan demikian, peluang ANN sebenarnya sangat besar
untuk lekat di hati masyarakat.
Di Sumatera & Kalimantan, nasyid dapat berkembang
dengan baik karena sudah sangat kental dengan budaya Melayu. Seperti
yang kita ketahui bahwa budaya Melayu dapat dikatakan dekat dengan
Islam. Berbeda dengan di Jawa yang musiknya terkenal berjenis dangdut
dan campursari. Hal itu sering dijadikan alasan sulitnya nasyid
berkembang di Jawa.
Apakah nasyid bisa dibuat dangdut atau
campursari (mengikuti budaya di Jawa)? Tentu. Zaman dulu ada lagu-lagu
Rhoma Irama yang sangat terkenal dengan lirik (muatan) yang mengajak
pada kebaikan atau beribadah. Penemu campursari juga adalah sosok yang
baik. Jika nasyid mulai dekat dengan kebudayaan sekitar, maka akan lebih
mudah diterima oleh masyarakat, seperti cara berdakwah Sunan Kalijaga,
yaitu mendekati masyarakat Jawa dengan gamelan dan wayang.
Fenomena yang kini terjadi adalah nasyid hanya dianggap side job oleh
para munsyid, sehingga latihan hanya terjadi ketika akan tampil atau maksimal sepekan sekali. Ketika harus bersaing dengan musik konvensional,
ternyata munsyid masih kalah. Dengan demikian, salah satu fungsi ANN
adalah membuat loncatan-loncatan terkait kualitas nasyid, seperti
pelatihan vokal rutin bagi para munsyid, dokumentasi yang baik ketika
munsyid tampil, dan soft promo, marketing, serta managerial yang baik.
NASYID BUKAN UNTUK SALING BERSAING.
Hal tersebut harus ditekankan oleh ANN kepada seluruh grup nasyid /
munsyid di Jogja karena nasyid merupakan dakwah, sedangkan dakwah harus
berjalan harmonis, beriringan. Di dunia nasyid jika hanya 1 atau 2 tim
saja yang bagus, maka nasyid tidak akan benar-benar bagus. Sesama
munsyid tidak boleh saling bersaing dalam hal mendapatkan job ataupun
menutup peluang satu dengan yang lain. Tidak boleh ada sekat di antara
para munsyid atau penggiat nasyid.
Sehubungan dengan hal tersebut, dakwah
dengan nasyid harus tetap jalan, tetapi para penggiatnya juga harus bisa
hidup. Jika nasyid belum begitu bagus, maka siapa yang akan bertahan?
Jika kelak munsyid sudah berkeluarga, namun nasyid belum menjanjikan
secara materi, maka banyak munsyid yang akan gugur. Hal tersebut akan
berdampak buruk bagi dunia nasyid karena nasyid akan mati.
Ini bukan soal nasyid itu komersil, tapi
soal mempertahankan nasyid di masyarakat sebagai sarana dakwah. Nah,
supaya ANN dapat dikenal, sebaiknya ANN mempunyai anggota khusus,
seperti para budayawan, bussiness man, dll. Selain itu, iuran
anggota perlu digalakkan lagi agar kegiatan ANN berjalan dengan baik.
ANN harus punya sumber keuangan pokok agar terus berjalan.
Dari berbagai hal yang dipaparkan oleh Mas Aga malam itu, dapat disimpulkan bahwa nasyid di Indonesia khususnya di Jogja, harus banyak berbenah. Para pengurus dan penggiat nasyid pun harus mengenal nasyid sebagai sarana dakwah secara lebih luas dan menyeluruh. Para pengurus dan penggiat nasyid harus berkolaborasi dan bersinergi membangun nasyid itu sendiri.
Cita-cita nasyid sungguh mulia bagi
perjalanan dakwah dan keberlangsungan hidup para pendakwah itu sendiri.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memperjuangkan
nasyid. Jika tidak sekarang kita mulai, kapan lagi? Tidak ada keburukan pada nasyid kecuali kita belum benar-benar memahami dan memperjuangkannya dengan baik.
Pembahasan AD ART ANN dan pemaparan
tentang dunia nasyid oleh Mas Aga berakhir sekitar pukul 23.00.
Serangkaian acara mubes ANN dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi
ringan tentang rancangan program kerja per-divisi. Sekitar pukul 00.00
satu persatu pengurus ANN beristirahat di kamar masing-masing untuk
mempersiapkan serangkaian acara esok hari.
Sesuai dengan salah satu tujuannya, yaitu meng-upgrade kualitas
diri pengurus ANN, mubes tersebut dirancang memiliki beberapa agenda
spiritual, di antaranya adalah sholat tahajud, tilawah, membaca doa
al-ma’tsurat bersama, sholat wajib berjamaah, dan sholat dhuha. Selain
itu, ada juga agenda fikriyah berupa kajian Subuh dan diskusi tentang
nasyid.
Tidak hanya spiritual dan mental yang di-upgrade, namun juga fisik. Ahad pagi sekitar pukul 05.30 wisma ditinggalkan untuk melakukan olahraga dan refreshing bersama. Agenda itu berupa jalan sehat di sekitar kawasan gardu pandang hingga taman parkir objek wisata Goa Jepang.
Selama di perjalanan yang jalannya cukup
menanjak, beberapa munsyid seperti Firas, Dede, Rois, Iqbal, dan Rifki
mencoba vokalisi. Sampai di area Goa Jepang, mereka mencoba membuat
formasi grup nasyid alakadarnya dan menyenandungkan beberapa lagu
nasyid. Hal tersebut ternyata cukup menarik perhatian beberapa warga
yang juga sedang menikmati sejuknya udara pagi di sana.
Saat kembali ke wisma, ada sedikit
kejadian menarik. Kami tidak dapat masuk wisma. Sebelumnya kami
mengancing pintu dari dalam dan keluar melalui jendela. Akibat tidak
diberikan kunci pintu oleh pemilik wisma. Ternyata jendela tempat Iqbal
keluar tidak bisa dibuka karena ikut terkunci. Hampir 20 menit dilalui
hanya untuk berusaha membuka jendela tersebut, namun tidak juga
berhasil. Akhirnya, Rifki mencoba menelusup masuk melalui jendela dapur.
Alhamdulillah.. kepanikan yang sempat melanda pun berakhir bahagia.
Sekitar pukul 09.00 acara refreshing dilanjutkan dengan beberapa permainan tim yang dipimpin oleh trainer bernama
Mas Luki. Mas Luki membuat suasana semakin renyah dan seru. Tiga belas
orang pengurus yang hadir pun merasa senang dan menjadi lebih mengenal
satu dengan yang lain.
Sebagai informasi, skuad ANN Jogja
periode ini terdiri dari 8 orang laki-laki dan 5 srikandi (perempuan).
Dalam menjalankan berbagai program kerja untuk memajukan nasyid di
Jogja, ANN masih membutuhkan tenaga muda yang siap bersinergi bersama.
Buat kamu yang merasa ini perlu diperjuangkan, mari bersinergi.
Siang menjelang dan acara dilanjutkan kembali dengan pembuatan timeline program
kerja ANN. Diskusi hangat terjadi sepanjang kurang lebih 2 jam. Banyak
saran yang diberikan kepada sesama pengurus terkait program kerja
divisinya dan pendapat tentang penentuan timeline agenda.
Sekitar pukul 13.00, udara Kaliurang
yang menghangat mengiringi penutupan serangkaian acara Musyawarah Besar
Pengurus ANN Jogja. Acara ditutup dengan doa bersama yang khusyuk dan
penuh haru untuk kelancaran serta keberkahan program kerja ANN. Selain
itu, suasana haru semakin menguat saat tiba pada doa bagi kesembuhan
Ibunda Dede Awallun serta Ayahanda Wulan yang sedang sakit, juga doa
bagi Almh. Ibunda Ratih Kartika yang baru saja kembali ke Rahmatullah
dengan tenang.
Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun.. Allohummaaghfirlahaa waarhamhaa wa’aafiha waa’fu’anhaa.
Tepat 2 hari sebelum Mubes ANN
Jogja dilaksanakan, keluarga besar ANN dan munsyid Jogja berduka. Ibunda
Ratih Kartika wafat di UGD sebuah rumah sakit di Cilacap pada saat
Ratih sedang melaksanakan sholat Dhuha di sampingnya. Beliau tidur pulas
untuk selamanya dalam tenang dan wajah tersenyum.
Kembali lagi kita diingatkan oleh Allah
akan kematian, bahwa kematian adalah sahabat yang paling dekat, bahwa
kematian akan menimpa siapa saja dan di mana saja. Maka, tidak ada lagi
kata “nanti” untuk berbenah dan terus berdakwah LILLAHI TA’ALA. (m)
Wisma Mentari, Kaliurang, Sleman
Sabtu-Ahad, 26-27 November 2016
Sabtu-Ahad, 26-27 November 2016
0 komentar